Pages

Monday 3 February 2014

Guru Honorer Menelan Pil Pahit



Adalah sebuah ketimpanagan gaji guru PNS dibanding guru honorer, perbedaannya sangat amat jauh, selisihnya bisa dikatakan lebih dari 100 % bahkan bisa beratus-ratus persen. Desebuah sekolah yang dinaungi oleh swasta dimana sebagian besar gurunya adalah PNS dan juga honorer terlihat kemirisan yang teramat. Sebagai seorang honorer dia harus mengerjakan setiap pekerjaan sekolah yang diperintahkan oleh guru yang lebih senior katakanlah PNS. Dan seorang guru senior dalam sekolah tersebut mengerjakan tugasnya lebih sedikit dibanding honorer, karena setiap pekerjaan sekolah di tangani semua oleh honorer. Sudah bukan hal asing disetiap sekolah pasti ada uang insentif diluar gajih dari pemerintah, secara logika seorang yang bekerja lebih banyak maka dia harus mendapatkan bagian yang lebih dari yang lain namun fakta dalam lapangan tidak, ketika ada insentif pihak sekolah cenderung membagi rata baik dia kerja ataupun tidak atau bahkan lebih parah lagi jika uang itu tidak diketahui oleh guru lain maka hanya pihak tertentu yang menikmatinya. Ini adalah sebuah ketidakadilan. Guru honorer yang bekerja di sekolah tersebut bahkan hanya mendapat gaji Rp. 90.000,-/bulan bandingkan dengan gaji guru PNS yang sudah sertifikasi, ini sangat menyedihkan.
Mengajar memang sebuah pengabdian, tetapi sebagai manusia, guru honorer pun perlu mengisi perut dan memenuhi kebutuhan yang lain. Tetapi dengan gaji serendah itu mana cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, untuk ongkos naik bus saja tidak cukup untuk satu bulan. Dari segi kesejahteraan tentu masih sejahtera buruh pabrik dibanding guru honorer, katakalah buruh pabrik mendapat gaji Rp.500.000,-/bulan meski bajunya tidak seklimis seorang guru, tapi mereka masih lebih baik dibanding guru honorer, ini artinya guru honorer hanya menang baju klimis tapi kantong kering. Guru honorer mau tidak mau harus menelan pil pahit.
Pemerintah perlu melihat tidak hanya dengan mata telanjang tapi juga dengan mata hati, bahwa diluar sana masih banyak guru honorer yang nasibnya masih tertelantarkan. Bagaimana bisa seorang guru mencerdaskan anak bangsa sedangkan dia sendiri untuk memenuhi kebutuhan pokok dirinya harus mencari berbagai pekerjaan lain dan hal ini dapat memecah konsentrasi seorang guru yang harusnya bisa mengajar dengan fokus dan profesional tetapi dibalik itu dia harus mengemban beban ekonomi yang berat dalam hidupnya. Bukan berarti guru honorer tidak iklas mengajar dengan gaji kecil itu, tapi mari pikirkan secara rasional bahwa gaji sekecil itu tidak dapat memenuhi hidup selama satu bulan. Ini bukanlah hal munafik, namun sebuah kenyataan bahwa manusia perlu memenuhi kebutuhan pokoknya untuk hidup.