Betapa
indahnya ketika sesama muslim saling bersilaturahmi, sesama muslim adalah
saudara, ketika dengan saudara kita berkunjung, itu artinya kita sedang menjaga
tali persaudaraan. Apapun status saudara kita, entah dia miskin, kaya,
menyebalkan, pelit ataupun suka pamer dan sebagainya kita harus tetap berusaha
baik dengan mereka meskipun mereka mungkin akan menyakiti hati kita. Menanamkan
positif thinking itu penting, dan aku mencoba untuk positif thinking dengan
orang-orang disekelilingku tanpa mengabaikan kewaspadaan. Sabtu ini sudah
kurencanakan untuk berkunjung kerumah bulikku di bantul, tepatnya ba’da asar
aku mengajak teman satu kostku sofika berkunjung kerumah bulikku itu. Sudah sebulan
aku tidak mengunjungi mereka, dan kebetulan aku dititipi uang untuk anak-anakk
bulikku jadi sekalian berkunjung melihat keadaan mereka. Sebelum aku sampai
tempat tujuan aku mengajak sofi berhenti pada sebuah toko untuk membeli
sesuatu, aku tak asing dengan toko itu karena toko itu milik budeku, tapi
sofika tak tau jika itu toko kerabatku. Tak sengaja ketika aku masuk ternyata
ada hal yang tak biasa, yah pemilik toko ada di toko. Seseorang melihatku
dengan seksama dan setengah pangling, aku dekati dan kusalami tangannya dan
serpihan ingatan-ingatan tentangku mulai mengumpul diotaknya, dia mulai
mengingatku, dia adalah adik budeku dia langsung menyuruhku untuk menemui
kakanya, aku temui budeku yang sedang sibuk ngobrol dengan koleganya, dia
menayakan siapa aku, aku agak kaget masa budeku tak mengenali aku, tanpa pikir
panjang aku tegaskan namaku dan dia mulai mengingatku, dia pangling katanya
melihatku yang jadi putih langsing dan cantik. Oh ini bagiku bukan pujian tapi
menyakitkan, semua itu mungkin karena efek busana yang kukenakan, aku memakai
kaos causwel hitam polos dan rok jeans
yang kumasukkan kemudian kuselipkan sabuk yang simple tapi anggun dan aku
memakai jilbab segi empat bermotif dengan bros yang menempel didekat pundakku.
Kukenalkan sofi pada kedua budeku itu dan budeku pemilik toko menyambut dengan
ramah, yah selama ini aku agak sungkan jika harus berkunjung ketempat budeku
yang kaya itu, aku merasa orang-orang disekitarnya kurang wellcome denganku
yang hanya seorang mahasiswa miskin. Tapi aku berusaha untuk positif thinking
dan aku buang jauh-jauh pikiran-pikiran negatif itu, menunggu lama untuk aku
bisa mengobrol dengan budeku yang sibuk itu dan akhirnya kami ngobrol meski tak
lama, seperti yang sudah kuduga, dia menceritakan tentang bisnisnya dan mencoba
mengajakku untuk kerja part time di cafe barunya nanti.dan mungkin dua bulan
lagi cafe baru itu akan dibuka. Oke harus tetap positif tingkin disela-sela
kesibukannya tanpa pikir panjang kumulai pembicaraan yang intinya apakah aku
bisa nantinya mencari sponsor kegiatan melalui beliau, dan beliau menjawab
dengan enteng menyanggupinya. Semua diluar dugaan. Dan sofi sepertinya sanagat
kagum dengan sosok budekku yang multi talenta itu dan aku berusaha untuk
mengimbanginya agar tdak terlihat kaku. Aku segera berpamitan pulang karena
hari sudah semakin sore dan aku harus menuju tempat tujuan utama yaitu
kontrakan bulikku yang berbanding 180 derajat dengan budekku itu. Tapi keluarga
bulikku sangat berjasa untukku selama aku di jogja ini. Aku menuju tempat
tujuan utama dan aku tak membawa jajan untuk adik-adik sepupuku itu, ah aku
tadi tak jadi membeli sesuatu. Kuliahat binar bahagia dari adik-adikku ketika
aku datang begitu pula dengan pak lik dan bulik, kami berdua masuk dan disuguhi
teh manis serta batagor. Kami bisa nobrol santai sambil menikmati batagor dan
kuberikan uang yang dititipkan embah untuk adik-adik sepupuku itu. Semua
kejadian hari ini diluar dugaan dan rencanaku, ini adalah sknario Allah untuk
mengajakku merajut kembali tali persaudaraan yang agaknya mulai merenggang.
Sekenario Allah itu begitu indah dan aku tidak tahu entah sekenario apa lagi
yang Allah persiapkan utnutkku. Kejadian hari ini pasti adamaksudnya, entah apa
pasti ada maksudya. Ya Allah Thanks for this day, it is beautifull day.
Thursday, 24 October 2013
Sunday, 6 October 2013
Belajar berbagi
6 oktober 2013
Agenda minggu ini adalah bakti sosial ke panti asuhan, ini
adalah salah satu impianku dan akhirnya dapat kuwujudkan minggu ini. Aku
terdiam dalam perjalanan aku membayangka apa yang akan terjadi disana nanti.
Sesampainya aku disana ternya panti asuhan itu juga ada pondok pesantrennya. Aku
melihat anak-anak remaja dan sepertinya ada pula yang seusia denganku sedang
berkumpul menagaji di masjid, tiba tiba mereka menghampiri rombongan kami dan
menyalami kami dengan penuh senyum dan salam sambil mencium tangan kami, aku
sempat heran seperti inikah dunia panti? Merek mencium tangan setiap relawan
yang datang, dan ternyata tidak hanya aku yang heran, beberapa teman
perempuanpun terheran-heran. Kami dipersilahkan duduk dan mengikuti rangkaian
acara yang telah panitia siapkan. Kebetulan aku ingin kekamar kecil dan aku
meminta salah satu santri panti untuk mengantarku ke toilet, aku mengikutinya
dan aku melewati ruangan-ruangan seperti bilik ukuran besar yang bersekat
anyaman bambu(gedek) dan lantai beralaskan tanah yang ditutup kerikil-kerikil
kecil, aku tertegun dan sampailah aku ke toilet yang membuatku semakin tertegun
kaget melihat keadaan yang akupun takkan betah ditempat itu. Toilet itu hanya
berukuran sekita 100x80 cm, kunci pintunya sudah melambai hampir lepas bahkan
tak bisa dikunci. Setelah itu aku kembali dan tak sengaja melihat sekilas isi
bilik-bilik kamar dari kejauhan, bilik itu harus diisi oleh banyak orang. Aku
tak bisa membayangkan jika aku harus hidup bersama berkoloni seperti itu dalam
satu bilik kamar. Aku masih terdiam samapi aku terduduk kembali. Tuhan
betapakau sangat menyayangiku, aku begitu beruntung dibanding mereka, aku bisa
menikmati pendidikan setinggi mungkin, segala fasilitas penujang pendidikanpun
terpenuhi, aku bisa tidur nyenyak dengan kasur empukku tanpa gangguan
darimanapun, aku punya bilik kamar sendiri dari tembok yang kokoh dan cat yang
bagus,meski hanya 2x3 m tapi aku sendiri dan aku berkuasa atas kamarku. Aku mendapat uang saku tiap bulan tanpa
kekurangan. Aku bisa makan sesuai seleraku. Oh betapa beruntungnya aku
dibanding mereka yang hidupnya dijatah pas-pasan dan tak bisa memilih makanan
kesukaan mereka. Tapi selama ini aku malah berleha-leha dengan segala fasilitas
yang diberikan orang tuaku, dan aku takut terlalu banyak makan sakarin yang
apabila terlalu banyak akan menjadi pahit. Ya pahit, kehidupan yang pahit
akibat kesalahanku di masa sekarang. Mereka santri panti asuhan telah
mengajariku bagaimana aku harus bersyukur atas nikmat Tuhan, mereka mengajariku
bagaimna berbagi kasih sayang dengan sesama, mereka mengajariku bagaimana
saling menghargai satu sama lain, aku banyak belajar dari mereka. Ada ada
percikan bahagia dari wajah mereka ketika kai mengadakan games, tawa mereka mengembang
seperti tanpa beban. Aku tersenyum lega melihat mereka, betapa haru hatiku
melihat senyum dan tawa mereka. Aku membaur dengan tawa dan senyum bahagia
mereka. Mereka sangat antusias dan semangat. Ini juga yang harus aku
pupukharusnya aku lebih semangat dari mereka, karena segala fasilitas
pendidikanku terpenuhi dari pada mereka. Mereka punya impian dan cita-cita
besar begitupun dengan aku, akupu harus memulai action untuk merealisasikan
cita-cita dan impiaku. Kebrsamaan hari ini begitu cepat dan robongan baksos
harus pamitan pulang.
Tentang Kematian
6 oktober 2013
Hari ini aku tertegun dengan berbagai kabar dan juga realita
yang kulihat langsung dengan mata ku sendiri. Dua hal yang ku renungi hari ini
ajal dan kepedulian sosial.
Sangat aku sadari ajal adalah teman paling dekat dengan
kita, tapi seringkali aku lupa kalau ajalku selalu mengiringi hidupku dan
seringkali aku lupa kalau ajalku sewaktu-waktu sesuka hati akan membawaku pergi
ketempat abadi tanpa seijinku. Dia tak peduli apa aku sudah siap atau belum,
dia tak peduli apakah aku sudah baik atau belum, pokoknya sesuka hati ajal akan
menarikku dari dunia fana. Baru saja aku mendengar teman jurusan lain diculik
paksa oleh ajal dengan cara yang tak pernah terduga (kecelakaan). Tak lama kemudian aku mendengar kembali kabar
duka dari temanku, ibu dari teman satu jurusanku lagi-lagi harus dijemput
ajalnya. Aku terpaku lemas ada apa dengan hari ini? Entahlah, ini adalah minggu
kelabu. Perasaanku takut dan kalut, ajal menjemput seorang ibu temanku, aku tak
bisa membayangkan jika itu diriku. Kulihat matanya menumpahkan air mata, dan
aku melihat ketegaran setelahnya. Dan entah kenapa aku tetap tertegun pilu
dengan hari ini. Tubuhku benar-benar lemas dan bergetar, perasaan campur aduk
seolah mix dalam jiwaku menjadi kekalutan, seperti ada yang bergejolak dalam
hatiku, diriku benar-benar dibayang-bayang kematian. Aku ingin bicara dengan
Tuhan,” Tuhan jika ajalku sedang tertidur jangan bangunkan sebelum aku
mempersiapkan diri. “ Tuhan menjawab” memangnya apa yang selama ini kau
persiapkan, kulihat kau hanya bersenang-senang dengan dunia fanamu, kau
mengingatku saat susah dan kau lupa saat senang.” Maafkan aku Tuhan, aku
mengaku salah, kalo begitu beri tahu aku kapan aku harus kembali padamu?”. “
bukankah sudah pernah aku beri tahu saat kau berusia 4 bulan di rahim
ibumu?”. “ beri tahu sekali lagi
Tuhan?”. “ Aku lebih tahu yang terbaik untukmu”. Aku hanya bisa diam termenung, entah kejutan
apa yang sedang Tuhan persiapkan untuku. Dan tidak satupun orang di dunia ini
yang tahu kapan kematian akan datang. Jika mengingat kematian membuat kita
semakin patuh dengan Tuhan, maka ingatlah dalam setiap langkah hidup kita, jika
kemtaian akan membawa kesuksesan maka ingatlah selalu dalam hati kita, kita
sedang di intai kematian maka kerjakan apa yang memang bisa dikerjakan saat itu
juga dan tanpa sadar orang-orang yang sukses adalah orang-orang yang selalu
mengingat kematian.
Tuesday, 1 October 2013
Mempersatukan Visi Generasi Muda Menuju Indonesia Satu
Menuju
Indonesia satu, adalah sebuah visi yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia
sejak kemerdekaan hingga saat ini. Harapan besar setiap bangsa adalah memupuk persatuan
dalam rangka membentuk kekuatan dalam sebuah Negara. Ketika suatu Negara
memiliki kekuatan maka Negara tersebut akan sulit untuk ditumbangkan. Kekutan
seperti apa yang sebenarnya harus dimiliki oleh sebuah Negara, seperti yang
sudah disebutkan diatas yaitu persatuan. Di Indonesia persatuan di ikrarkan
dalam Pancasila tepatnya pada sila ketiga yaitu persatuan Indonesia. Dengan
adanya persatuan diharapkan dapat mencapai tujuan Negara seperti yang tertuang
dalam UUD 1945 alinea ke-4 yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Memupuk persatuan memang tidak semudah
membalikkan telapak tangan dibutuhkan waktu yang lama untuk merubah paradigma
masyarakat yang semakin hari semakin individualis dan lebih mementingkan ego
masing - masing. Apabila menengok sejarah kemerdekaan Indonesia tahun 1945
persatuanlah yang telah membuat bangsa Indonesia dapat merebut kemerdekaan dari
tangan penjajah. Selain persataun ada unsur lain yang tidak kalah urgensinya
dalam memerdekakan Indonesia yaitu pemimpin yang baik.
Dalam sebuah hadist disebutkan “Kalian pasti
akan membebaskan konstantinopel. Pemimpin yang menakhlukkannya adalah sebaik - baik
pemimpin, dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik - baik
pasukan.” Hadist tersebut adalah visi jangka panjang rosulullah sang
revolusioner sejati yang akhirnya dapat dicapai oleh seorang Muhammad Al-Fatih,
beliau adalah seorang pemimpin perang dengan strategi yang brilian sehingga
berhasil menakhlukkan Konstantinopel. Begitu juga Indonesia pada masa
penjajahan yang berhasil merebut kemerdekaan adalah sebaik baik pemimpin dan
sebaik - baik pasukan yang rela berkorban demi kelangsungan hidup generasi muda
yang akan datang agar dapat menikmati kehidupan yang layak yaitu kita yang
sekarang dapat hidup tanpa terkekang oleh perbudakan. Namun kehidupan yang
layak sampai saat ini belum dapat dinikmati oleh setiap lapisan masyarakat,
banyak kaum - kaum marjinal yang hidupnya diluar kata layak. Kalau sudah
seperti ini siapa yang mahu disalahkan. Yang kaya makin kaya dan yang miskin
makin miskin.
Saat
ini perang fisik memang sudah buakan zamannya lagi, meskipun dibeberapa Negara seperti
Israel dan Palestina masih berperang secara fisik. Saat ini Indonesia
sebenarnya masih mengalami penjajahan secara tidak langsung, namun kebanyakan
orang tidak menyadarinya, saat ini kita sedang dijajah melalui perang pemikiran
(ghawzul fikr). Perang pemikiran memang tidak menimbulkan kematian namun dapat
mengeruk sebuah idealisme atau pedoman. Perang pemikiran juga memnfaatkan media
masa dan teknologi yang semakin maju. Saat ini adat istiadat, dan kearifan
lokal sudah mulai luntur seiring dengan perkembangan teknologi.
Semakin
pesatnya kemajuan teknologi justru semakin mengkerdilkan kreatifitas manusia
yang harusnya dapat dieksplor untuk
memajukan bangsa. Manusia saat ini sangat dimanjakan dengan teknologi, setiap
pekerjaan dapat diselesaikan secara cepat dan instan, dan ini sangat membantu
sekali karena dizaman globalisasi manusia dituntut untuk bekerja secara cepat
dan cerdas. Namun dampak negatif dari teknologi juga tidak sedikit, semakin
majunya teknologi justru malah disalah gunakan oleh oknum yang tidak
bertanggung jawab, akibatnya mulailah bermunculan
plagiasme intelektual, kejahatan seksual, pencemaran nama baik dan masih banyak
lagi kejahatan yang ditimbulakan akibat tidak bijak dalam menggunakan
teknologi. Apabila teknologi dimanfaatkan dengan bijak makan teknologi dapat
membawa kemajuan yang luar biasa pada suatu bangsa.
Secara
teori Indonesia termasuk dalam masyarakat madani, tapi sampai saat ini masyarakat
madani di Indonesia belum terwujud. Banyak aspek yang harus dibenahi oleh
Indonesia untuk mewujudkan masyarakat yang madani. Saat ini nilai-nilai budaya lokal
mulai memudar termakan zaman. Dalam
konsep umum, masyarakat madani tersebut sering disebut
dengan istilah civil society (masyarakat sipil)
atau al-mujtama’ al-madani, yang pengertiannya selalu mengacu pada
“pola hidup masyarakat yang berkeadilan, dan berperadaban. Untuk mewujudkan masyarakat yang berkeadilan dan
berperadaban dibutuhakan relasi yang baik antara masyarakat dengan pemerintah.
Dan pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat membangun hubungan baik
antara pemerintah dengan masyarakat sehingga tercipta sebuah keselarasan dalam
visi membagun Negara untuk lebih baik.
Pemimpin tertinggi di Indonesia
adalah seorang presiden yang dipilih melalui pemilu. Dan sebentar lagi
Indonesia akan melaksanakan pesta demokrasi yaitu pemilu 2014. Sebagai Negara
yang menganut asas demokrasi, rakyatlah yang menentukan siapa yang pantas untuk
menjadi pemimpin (wakil rakyat) untuk memimpin mereka. Dan rakyatpun menaruh
harapan besar kepada pemimpin yang terpilih agar dapat memenuhi hak - hak
rakyat dan mensejahterakan mereka. Sampai saat ini siapa yang akan menjadi
pemimpin Indonesia selanjutnya masih menjadi kotroversi. Berbicara masalah pemilu, tentu tidak akan
lepas dari partai politik. Partai politik merupakan salah satu sarana atau
kendaraan untuk berpartisipasi aktif dalam pemilu. Di satu sisi,
banyaknya jumlah partai politik peserta pemilu dalam proses demokrasi di
Indonesia merupakan suatu bentuk konsenkuensi logis dari penerapan sistem
demokrasi secara konsisten, namun di sisi lain banyaknya jumlah partai politik
tidak otomatis membuat kualitas pelaksanaan sistem demokrasi menjadi lebih
baik, bahkan cenderung menjadi semakin buruk. Apabila ditelisik lebih jauh saat
ini parpol banyak dikuasai oleh kaum feodal dan kapitalis. Sering kali kita
mendengar bahwa Indonesia sudah menjadi Negara yang kapitalis dan para wakil
rakyat sudah dihegemoni oleh kepentingan pribadi dibandingkan dengan
kepentingan orang banyak. Jadi tidak heran jika KKN merajalela dimana-mana. Supremasi hukum rasanya jarang sekali memihak
pada rakyat. Dan tidak jarang budaya mani politik ikut mewarnai dalam pesta
demokrasi. Miris rasanya apabial melihat kenyataan yang ada. Lupakan sejenak
soal politik dan pernak-perniknya. Kembali pada tujuan pemilu 2014 yaitu untuk
memilih wakil rakyat yang akan memimpin selama 5 tahun kedepan dengan harapan
dapat membawa Indonesia menjadi lebih baik, makmur, adil, dan sejahtera. Untuk
mewujudkan itu semua kita juga perlu memupuk persatuan yang kini mulai memudar
terutama dikalangan generasi muda. Dan sebagai seorang pemimpin yang terpilih
nantinya memiliki PR (pekerjaan rumah) yang banyak yang harus diselesaikan
dalam rangka mewujudkan Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur.
Peran
generasi muda sangatlah penting dalam mewujudkan Indonesia yang satu, karena
masa depan bangsa Indonesia berada di tangan generasi muda. Sudah selayaknya
para penerus bangsa ini mendapatkan fasilitas pendidikan oleh Negara secara
merata tanpa pandang bulu. Pendidikan tidak hanya pada pendidikan intelektual
namun juga pendidikan karakter, sehingga generasi muda tidak hanya cakap
intelektual dan ketrampilan tetapi juga berkarakter baik. Jika setiap generasi
muda telah dipupuk dengan karakter yang baik dan menyatukan visi sehingga terbentuk
kekuatan yang tidak terkalahkan maka tidaklah mustahil pemimpin bangsa masa
depan akan mampu mewujudkan Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Pendidikan
karakter dalam konteks saat ini sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang
sedang melanda Negara tercinta. Krisis tersebut antara lain semakin meluasnya
pergaulan bebas, kejahatan dengan teman, menyontek dan lain sebagainya. Ketika
seorang pelajar sudah mulai melakukan kejahatan seperti menyontek itu sama saja
artinya remaja tersebut sedang menumbuhkan bibit koruptor dimasa yang akan
datang. Jika sudah seperti ini bagaimana mahu membangun persatuan, ketika para
pelajar lebih menghalalkan sehala cara demi nilai padahal itu berdampak buruk
bagi masa depan diri sendiri dan juga bangsanya. Hal seperti ini tidak bisa
dibiarkan terus menerus, mungkin kita tidak bisa merubah semua orang menjadi
baik tapi paling tidak kita bisa mengingatkan kepada diri kita masing-masing
bahwa kecurangan hanya akan membawa kehancuran. Ketika kita sudah bisa
introspeksi diri dan mulai membentuk karakter yang baik kita dapat memulai visi
untuk masa depan yang lebih terarah. Apabila semua orang menyadarinya maka kita
dapat memepersatukan visi kita dalam rangka memakmurkan Indonesia. Ketika kita
dapat memnyamakan visi untuk memakmurkan bumi pertiwi, itu artinya kita telah
membentuk persatuan dalam visi. Meski Indonesia adalah Negara multi kultural,
bersuku - suku, berbangsa - bangsa, bermacam ras dan agama, itulah yang menjadi
keragaman di bumi pertiwi, namun jangan menjadiakan perbedaan sebagai pemisah
tapi justru jadikanlah perbedaan menjadi sesuatu yang saling melengkapi
sehingga ternbentuk kolaborasi yang apik. Dan semua itu telah terbungkus dalam
bhineka tunggal ika yang artinya meski berbeda - beda namun tetap satu juga. Indonesia juga
terkenal akan kekayaan alam yang beraneka ragam bahkan dalam sebuah syair lagu
Indonesia di ibaratkan tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Namun
meski begitu bangsa Indonesia belum dapat memakmurkan rakyatnya. Sudah
selayaknya sebagai generasi muda harapan bangsa kita harus bisa meningkatkan
sumber daya manusia yang ada sehingga dapat mengolah hasil bumi untuk
kesejahteraan bersama. Selama ini yang mengolah kekayaan alam adalah investor
asing. Mulailah utuk menyatukan visi membentuk persatuan guna mencapai
Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur. Salam persatuan untuk Indonesia satu.
Dartar
Referensi
1.
Tim
ICCE UIN Jakarta. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education):Demokrasi,
Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
2.
UUD
1945
Subscribe to:
Posts (Atom)