Pages

Tuesday 1 October 2013

Mempersatukan Visi Generasi Muda Menuju Indonesia Satu



Menuju Indonesia satu, adalah sebuah visi yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia sejak kemerdekaan hingga saat ini. Harapan besar setiap bangsa adalah memupuk persatuan dalam rangka membentuk kekuatan dalam sebuah Negara. Ketika suatu Negara memiliki kekuatan maka Negara tersebut akan sulit untuk ditumbangkan. Kekutan seperti apa yang sebenarnya harus dimiliki oleh sebuah Negara, seperti yang sudah disebutkan diatas yaitu persatuan. Di Indonesia persatuan di ikrarkan dalam Pancasila tepatnya pada sila ketiga yaitu persatuan Indonesia. Dengan adanya persatuan diharapkan dapat mencapai tujuan Negara seperti yang tertuang dalam UUD 1945 alinea ke-4 yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Memupuk persatuan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan dibutuhkan waktu yang lama untuk merubah paradigma masyarakat yang semakin hari semakin individualis dan lebih mementingkan ego masing - masing. Apabila menengok sejarah kemerdekaan Indonesia tahun 1945 persatuanlah yang telah membuat bangsa Indonesia dapat merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Selain persataun ada unsur lain yang tidak kalah urgensinya dalam memerdekakan Indonesia yaitu pemimpin yang baik.
 Dalam sebuah hadist disebutkan “Kalian pasti akan membebaskan konstantinopel. Pemimpin yang menakhlukkannya adalah sebaik - baik pemimpin, dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik - baik pasukan.” Hadist tersebut adalah visi jangka panjang rosulullah sang revolusioner sejati yang akhirnya dapat dicapai oleh seorang Muhammad Al-Fatih, beliau adalah seorang pemimpin perang dengan strategi yang brilian sehingga berhasil menakhlukkan Konstantinopel. Begitu juga Indonesia pada masa penjajahan yang berhasil merebut kemerdekaan adalah sebaik baik pemimpin dan sebaik - baik pasukan yang rela berkorban demi kelangsungan hidup generasi muda yang akan datang agar dapat menikmati kehidupan yang layak yaitu kita yang sekarang dapat hidup tanpa terkekang oleh perbudakan. Namun kehidupan yang layak sampai saat ini belum dapat dinikmati oleh setiap lapisan masyarakat, banyak kaum - kaum marjinal yang hidupnya diluar kata layak. Kalau sudah seperti ini siapa yang mahu disalahkan. Yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin.
Saat ini perang fisik memang sudah buakan zamannya lagi, meskipun dibeberapa Negara seperti Israel dan Palestina masih berperang secara fisik. Saat ini Indonesia sebenarnya masih mengalami penjajahan secara tidak langsung, namun kebanyakan orang tidak menyadarinya, saat ini kita sedang dijajah melalui perang pemikiran (ghawzul fikr). Perang pemikiran memang tidak menimbulkan kematian namun dapat mengeruk sebuah idealisme atau pedoman. Perang pemikiran juga memnfaatkan media masa dan teknologi yang semakin maju. Saat ini adat istiadat, dan kearifan lokal sudah mulai luntur seiring dengan perkembangan teknologi.
Semakin pesatnya kemajuan teknologi justru semakin mengkerdilkan kreatifitas manusia yang harusnya dapat dieksplor  untuk memajukan bangsa. Manusia saat ini sangat dimanjakan dengan teknologi, setiap pekerjaan dapat diselesaikan secara cepat dan instan, dan ini sangat membantu sekali karena dizaman globalisasi manusia dituntut untuk bekerja secara cepat dan cerdas. Namun dampak negatif dari teknologi juga tidak sedikit, semakin majunya teknologi justru malah disalah gunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab,  akibatnya mulailah bermunculan plagiasme intelektual, kejahatan seksual, pencemaran nama baik dan masih banyak lagi kejahatan yang ditimbulakan akibat tidak bijak dalam menggunakan teknologi. Apabila teknologi dimanfaatkan dengan bijak makan teknologi dapat membawa kemajuan yang luar biasa pada suatu bangsa.
Secara teori Indonesia termasuk dalam masyarakat madani, tapi sampai saat ini masyarakat madani di Indonesia belum terwujud. Banyak aspek yang harus dibenahi oleh Indonesia untuk mewujudkan masyarakat yang madani. Saat ini nilai-nilai budaya lokal mulai memudar termakan zaman. Dalam konsep umum, masyarakat madani tersebut sering disebut dengan istilah civil society (masyarakat sipil) atau al-mujtama’ al-madani, yang pengertiannya selalu mengacu pada “pola hidup masyarakat yang berkeadilan, dan berperadaban. Untuk mewujudkan masyarakat yang berkeadilan dan berperadaban dibutuhakan relasi yang baik antara masyarakat dengan pemerintah. Dan pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat membangun hubungan baik antara pemerintah dengan masyarakat sehingga tercipta sebuah keselarasan dalam visi membagun Negara untuk lebih baik.
Pemimpin tertinggi di Indonesia adalah seorang presiden yang dipilih melalui pemilu. Dan sebentar lagi Indonesia akan melaksanakan pesta demokrasi yaitu pemilu 2014. Sebagai Negara yang menganut asas demokrasi, rakyatlah yang menentukan siapa yang pantas untuk menjadi pemimpin (wakil rakyat) untuk memimpin mereka. Dan rakyatpun menaruh harapan besar kepada pemimpin yang terpilih agar dapat memenuhi hak - hak rakyat dan mensejahterakan mereka. Sampai saat ini siapa yang akan menjadi pemimpin Indonesia selanjutnya masih menjadi kotroversi. Berbicara masalah pemilu, tentu tidak akan lepas dari partai politik. Partai politik merupakan salah satu sarana atau kendaraan untuk berpartisipasi aktif dalam pemilu. Di satu sisi, banyaknya jumlah partai politik peserta pemilu dalam proses demokrasi di Indonesia merupakan suatu bentuk konsenkuensi logis dari penerapan sistem demokrasi secara konsisten, namun di sisi lain banyaknya jumlah partai politik tidak otomatis membuat kualitas pelaksanaan sistem demokrasi menjadi lebih baik, bahkan cenderung menjadi semakin buruk. Apabila ditelisik lebih jauh saat ini parpol banyak dikuasai oleh kaum feodal dan kapitalis. Sering kali kita mendengar bahwa Indonesia sudah menjadi Negara yang kapitalis dan para wakil rakyat sudah dihegemoni oleh kepentingan pribadi dibandingkan dengan kepentingan orang banyak. Jadi tidak heran jika KKN merajalela dimana-mana.  Supremasi hukum rasanya jarang sekali memihak pada rakyat. Dan tidak jarang budaya mani politik ikut mewarnai dalam pesta demokrasi. Miris rasanya apabial melihat kenyataan yang ada. Lupakan sejenak soal politik dan pernak-perniknya. Kembali pada tujuan pemilu 2014 yaitu untuk memilih wakil rakyat yang akan memimpin selama 5 tahun kedepan dengan harapan dapat membawa Indonesia menjadi lebih baik, makmur, adil, dan sejahtera. Untuk mewujudkan itu semua kita juga perlu memupuk persatuan yang kini mulai memudar terutama dikalangan generasi muda. Dan sebagai seorang pemimpin yang terpilih nantinya memiliki PR (pekerjaan rumah) yang banyak yang harus diselesaikan dalam rangka mewujudkan Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur.
Peran generasi muda sangatlah penting dalam mewujudkan Indonesia yang satu, karena masa depan bangsa Indonesia berada di tangan generasi muda. Sudah selayaknya para penerus bangsa ini mendapatkan fasilitas pendidikan oleh Negara secara merata tanpa pandang bulu. Pendidikan tidak hanya pada pendidikan intelektual namun juga pendidikan karakter, sehingga generasi muda tidak hanya cakap intelektual dan ketrampilan tetapi juga berkarakter baik. Jika setiap generasi muda telah dipupuk dengan karakter yang baik dan menyatukan visi sehingga terbentuk kekuatan yang tidak terkalahkan maka tidaklah mustahil pemimpin bangsa masa depan akan mampu mewujudkan Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Pendidikan karakter dalam konteks saat ini sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda Negara tercinta. Krisis tersebut antara lain semakin meluasnya pergaulan bebas, kejahatan dengan teman, menyontek dan lain sebagainya. Ketika seorang pelajar sudah mulai melakukan kejahatan seperti menyontek itu sama saja artinya remaja tersebut sedang menumbuhkan bibit koruptor dimasa yang akan datang. Jika sudah seperti ini bagaimana mahu membangun persatuan, ketika para pelajar lebih menghalalkan sehala cara demi nilai padahal itu berdampak buruk bagi masa depan diri sendiri dan juga bangsanya. Hal seperti ini tidak bisa dibiarkan terus menerus, mungkin kita tidak bisa merubah semua orang menjadi baik tapi paling tidak kita bisa mengingatkan kepada diri kita masing-masing bahwa kecurangan hanya akan membawa kehancuran. Ketika kita sudah bisa introspeksi diri dan mulai membentuk karakter yang baik kita dapat memulai visi untuk masa depan yang lebih terarah. Apabila semua orang menyadarinya maka kita dapat memepersatukan visi kita dalam rangka memakmurkan Indonesia. Ketika kita dapat memnyamakan visi untuk memakmurkan bumi pertiwi, itu artinya kita telah membentuk persatuan dalam visi. Meski Indonesia adalah Negara multi kultural, bersuku - suku, berbangsa - bangsa, bermacam ras dan agama, itulah yang menjadi keragaman di bumi pertiwi, namun jangan menjadiakan perbedaan sebagai pemisah tapi justru jadikanlah perbedaan menjadi sesuatu yang saling melengkapi sehingga ternbentuk kolaborasi yang apik. Dan semua itu telah terbungkus dalam bhineka tunggal ika yang artinya meski berbeda - beda  namun tetap satu juga. Indonesia juga terkenal akan kekayaan alam yang beraneka ragam bahkan dalam sebuah syair lagu Indonesia di ibaratkan tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Namun meski begitu bangsa Indonesia belum dapat memakmurkan rakyatnya. Sudah selayaknya sebagai generasi muda harapan bangsa kita harus bisa meningkatkan sumber daya manusia yang ada sehingga dapat mengolah hasil bumi untuk kesejahteraan bersama. Selama ini yang mengolah kekayaan alam adalah investor asing. Mulailah utuk menyatukan visi membentuk persatuan guna mencapai Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur. Salam persatuan untuk Indonesia satu.


Dartar Referensi
1.      Tim ICCE UIN Jakarta. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education):Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
2.      UUD 1945


No comments:

Post a Comment