Menuju
Indonesia satu, adalah sebuah visi yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia
sejak kemerdekaan hingga saat ini. Harapan besar setiap bangsa adalah memupuk persatuan
dalam rangka membentuk kekuatan dalam sebuah Negara. Ketika suatu Negara
memiliki kekuatan maka Negara tersebut akan sulit untuk ditumbangkan. Kekutan
seperti apa yang sebenarnya harus dimiliki oleh sebuah Negara, seperti yang
sudah disebutkan diatas yaitu persatuan. Di Indonesia persatuan di ikrarkan
dalam Pancasila tepatnya pada sila ketiga yaitu persatuan Indonesia. Dengan
adanya persatuan diharapkan dapat mencapai tujuan Negara seperti yang tertuang
dalam UUD 1945 alinea ke-4 yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Memupuk persatuan memang tidak semudah
membalikkan telapak tangan dibutuhkan waktu yang lama untuk merubah paradigma
masyarakat yang semakin hari semakin individualis dan lebih mementingkan ego
masing - masing. Apabila menengok sejarah kemerdekaan Indonesia tahun 1945
persatuanlah yang telah membuat bangsa Indonesia dapat merebut kemerdekaan dari
tangan penjajah. Selain persataun ada unsur lain yang tidak kalah urgensinya
dalam memerdekakan Indonesia yaitu pemimpin yang baik.
Dalam sebuah hadist disebutkan “Kalian pasti
akan membebaskan konstantinopel. Pemimpin yang menakhlukkannya adalah sebaik - baik
pemimpin, dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik - baik
pasukan.” Hadist tersebut adalah visi jangka panjang rosulullah sang
revolusioner sejati yang akhirnya dapat dicapai oleh seorang Muhammad Al-Fatih,
beliau adalah seorang pemimpin perang dengan strategi yang brilian sehingga
berhasil menakhlukkan Konstantinopel. Begitu juga Indonesia pada masa
penjajahan yang berhasil merebut kemerdekaan adalah sebaik baik pemimpin dan
sebaik - baik pasukan yang rela berkorban demi kelangsungan hidup generasi muda
yang akan datang agar dapat menikmati kehidupan yang layak yaitu kita yang
sekarang dapat hidup tanpa terkekang oleh perbudakan. Namun kehidupan yang
layak sampai saat ini belum dapat dinikmati oleh setiap lapisan masyarakat,
banyak kaum - kaum marjinal yang hidupnya diluar kata layak. Kalau sudah
seperti ini siapa yang mahu disalahkan. Yang kaya makin kaya dan yang miskin
makin miskin.
Saat
ini perang fisik memang sudah buakan zamannya lagi, meskipun dibeberapa Negara seperti
Israel dan Palestina masih berperang secara fisik. Saat ini Indonesia
sebenarnya masih mengalami penjajahan secara tidak langsung, namun kebanyakan
orang tidak menyadarinya, saat ini kita sedang dijajah melalui perang pemikiran
(ghawzul fikr). Perang pemikiran memang tidak menimbulkan kematian namun dapat
mengeruk sebuah idealisme atau pedoman. Perang pemikiran juga memnfaatkan media
masa dan teknologi yang semakin maju. Saat ini adat istiadat, dan kearifan
lokal sudah mulai luntur seiring dengan perkembangan teknologi.
Semakin
pesatnya kemajuan teknologi justru semakin mengkerdilkan kreatifitas manusia
yang harusnya dapat dieksplor untuk
memajukan bangsa. Manusia saat ini sangat dimanjakan dengan teknologi, setiap
pekerjaan dapat diselesaikan secara cepat dan instan, dan ini sangat membantu
sekali karena dizaman globalisasi manusia dituntut untuk bekerja secara cepat
dan cerdas. Namun dampak negatif dari teknologi juga tidak sedikit, semakin
majunya teknologi justru malah disalah gunakan oleh oknum yang tidak
bertanggung jawab, akibatnya mulailah bermunculan
plagiasme intelektual, kejahatan seksual, pencemaran nama baik dan masih banyak
lagi kejahatan yang ditimbulakan akibat tidak bijak dalam menggunakan
teknologi. Apabila teknologi dimanfaatkan dengan bijak makan teknologi dapat
membawa kemajuan yang luar biasa pada suatu bangsa.
Secara
teori Indonesia termasuk dalam masyarakat madani, tapi sampai saat ini masyarakat
madani di Indonesia belum terwujud. Banyak aspek yang harus dibenahi oleh
Indonesia untuk mewujudkan masyarakat yang madani. Saat ini nilai-nilai budaya lokal
mulai memudar termakan zaman. Dalam
konsep umum, masyarakat madani tersebut sering disebut
dengan istilah civil society (masyarakat sipil)
atau al-mujtama’ al-madani, yang pengertiannya selalu mengacu pada
“pola hidup masyarakat yang berkeadilan, dan berperadaban. Untuk mewujudkan masyarakat yang berkeadilan dan
berperadaban dibutuhakan relasi yang baik antara masyarakat dengan pemerintah.
Dan pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat membangun hubungan baik
antara pemerintah dengan masyarakat sehingga tercipta sebuah keselarasan dalam
visi membagun Negara untuk lebih baik.
Pemimpin tertinggi di Indonesia
adalah seorang presiden yang dipilih melalui pemilu. Dan sebentar lagi
Indonesia akan melaksanakan pesta demokrasi yaitu pemilu 2014. Sebagai Negara
yang menganut asas demokrasi, rakyatlah yang menentukan siapa yang pantas untuk
menjadi pemimpin (wakil rakyat) untuk memimpin mereka. Dan rakyatpun menaruh
harapan besar kepada pemimpin yang terpilih agar dapat memenuhi hak - hak
rakyat dan mensejahterakan mereka. Sampai saat ini siapa yang akan menjadi
pemimpin Indonesia selanjutnya masih menjadi kotroversi. Berbicara masalah pemilu, tentu tidak akan
lepas dari partai politik. Partai politik merupakan salah satu sarana atau
kendaraan untuk berpartisipasi aktif dalam pemilu. Di satu sisi,
banyaknya jumlah partai politik peserta pemilu dalam proses demokrasi di
Indonesia merupakan suatu bentuk konsenkuensi logis dari penerapan sistem
demokrasi secara konsisten, namun di sisi lain banyaknya jumlah partai politik
tidak otomatis membuat kualitas pelaksanaan sistem demokrasi menjadi lebih
baik, bahkan cenderung menjadi semakin buruk. Apabila ditelisik lebih jauh saat
ini parpol banyak dikuasai oleh kaum feodal dan kapitalis. Sering kali kita
mendengar bahwa Indonesia sudah menjadi Negara yang kapitalis dan para wakil
rakyat sudah dihegemoni oleh kepentingan pribadi dibandingkan dengan
kepentingan orang banyak. Jadi tidak heran jika KKN merajalela dimana-mana. Supremasi hukum rasanya jarang sekali memihak
pada rakyat. Dan tidak jarang budaya mani politik ikut mewarnai dalam pesta
demokrasi. Miris rasanya apabial melihat kenyataan yang ada. Lupakan sejenak
soal politik dan pernak-perniknya. Kembali pada tujuan pemilu 2014 yaitu untuk
memilih wakil rakyat yang akan memimpin selama 5 tahun kedepan dengan harapan
dapat membawa Indonesia menjadi lebih baik, makmur, adil, dan sejahtera. Untuk
mewujudkan itu semua kita juga perlu memupuk persatuan yang kini mulai memudar
terutama dikalangan generasi muda. Dan sebagai seorang pemimpin yang terpilih
nantinya memiliki PR (pekerjaan rumah) yang banyak yang harus diselesaikan
dalam rangka mewujudkan Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur.
Peran
generasi muda sangatlah penting dalam mewujudkan Indonesia yang satu, karena
masa depan bangsa Indonesia berada di tangan generasi muda. Sudah selayaknya
para penerus bangsa ini mendapatkan fasilitas pendidikan oleh Negara secara
merata tanpa pandang bulu. Pendidikan tidak hanya pada pendidikan intelektual
namun juga pendidikan karakter, sehingga generasi muda tidak hanya cakap
intelektual dan ketrampilan tetapi juga berkarakter baik. Jika setiap generasi
muda telah dipupuk dengan karakter yang baik dan menyatukan visi sehingga terbentuk
kekuatan yang tidak terkalahkan maka tidaklah mustahil pemimpin bangsa masa
depan akan mampu mewujudkan Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Pendidikan
karakter dalam konteks saat ini sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang
sedang melanda Negara tercinta. Krisis tersebut antara lain semakin meluasnya
pergaulan bebas, kejahatan dengan teman, menyontek dan lain sebagainya. Ketika
seorang pelajar sudah mulai melakukan kejahatan seperti menyontek itu sama saja
artinya remaja tersebut sedang menumbuhkan bibit koruptor dimasa yang akan
datang. Jika sudah seperti ini bagaimana mahu membangun persatuan, ketika para
pelajar lebih menghalalkan sehala cara demi nilai padahal itu berdampak buruk
bagi masa depan diri sendiri dan juga bangsanya. Hal seperti ini tidak bisa
dibiarkan terus menerus, mungkin kita tidak bisa merubah semua orang menjadi
baik tapi paling tidak kita bisa mengingatkan kepada diri kita masing-masing
bahwa kecurangan hanya akan membawa kehancuran. Ketika kita sudah bisa
introspeksi diri dan mulai membentuk karakter yang baik kita dapat memulai visi
untuk masa depan yang lebih terarah. Apabila semua orang menyadarinya maka kita
dapat memepersatukan visi kita dalam rangka memakmurkan Indonesia. Ketika kita
dapat memnyamakan visi untuk memakmurkan bumi pertiwi, itu artinya kita telah
membentuk persatuan dalam visi. Meski Indonesia adalah Negara multi kultural,
bersuku - suku, berbangsa - bangsa, bermacam ras dan agama, itulah yang menjadi
keragaman di bumi pertiwi, namun jangan menjadiakan perbedaan sebagai pemisah
tapi justru jadikanlah perbedaan menjadi sesuatu yang saling melengkapi
sehingga ternbentuk kolaborasi yang apik. Dan semua itu telah terbungkus dalam
bhineka tunggal ika yang artinya meski berbeda - beda namun tetap satu juga. Indonesia juga
terkenal akan kekayaan alam yang beraneka ragam bahkan dalam sebuah syair lagu
Indonesia di ibaratkan tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Namun
meski begitu bangsa Indonesia belum dapat memakmurkan rakyatnya. Sudah
selayaknya sebagai generasi muda harapan bangsa kita harus bisa meningkatkan
sumber daya manusia yang ada sehingga dapat mengolah hasil bumi untuk
kesejahteraan bersama. Selama ini yang mengolah kekayaan alam adalah investor
asing. Mulailah utuk menyatukan visi membentuk persatuan guna mencapai
Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur. Salam persatuan untuk Indonesia satu.
Dartar
Referensi
1.
Tim
ICCE UIN Jakarta. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education):Demokrasi,
Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
2.
UUD
1945
No comments:
Post a Comment